Diskusi para kyai NU : Ancaman
Transnasional bagi persatuan bangsa
Sarang - Sejak pukul
09.00 WIB alunan musik marching band Al-Anwar sudah mulai mengiringi para tamu
undangan yang berdatangan dan berkumpul di halaman gedung sekolah tinggi
Al-Anwar, jumlah seluruh peserta acara yang ratusan ini mulai memadati ruangan
hingga acara dimulai pada pukul 10.00 WIB, acara yang mengundang ulama-ulama
besar, seperti Syaikh Maimoen Zubair Sarang, Syaikh Rajab Dib Syiria dan ulama
beasr lain ini adalah sebuah acara yang dilaksanakan oleh Majma Buhuts
An-Nahdliyah, bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Al-Anwar yang menjadi sekolah
tinggi dibawah naungan KH. Maimoen Zubair,
Majma Buhuts An-Nahdliyah sendiri merupakan sebuah forum yang diadakan
guna membahas hal-hal yang berkaitan seputar keislaman.
Melihat berbagai masalah
serta konflik internasional yang memprihatikan, seperti munculnya kelompok
bergaris keras ISIS ( Islam State Of Iraq and Syam ), Runtuhnya
kekuasaan-keuasaan di timur tengah, memanasnya kembali konflik palestina dan
israel serta berita-berita lain yang berujung pada kelompok transnasional yang
bergerak seperti menebar jala dan
memunculkan sebuah perpecehan, Para cendekiawan muslim sungguh tidak
mengharapkan hal ini terjadi dan sebelum masalah ini benar-benar merasuk ke
tubuh NKRI maka Majma Buhuts An-Nahdliyah mengadakan sebuah forum pencerahan
serta diskusi yang mengundang berbagai tokoh dalam ahlinya serta mengundang
banyak pihak dari berbagai Instansi guna mengantisipasi akan hal-hal yang tidak
diinginkan dan dapat mengancam keutuhan NKRI. Diharapkan dalam forum ini mampu
memberikan pemahaman terhadap kelompok-kelompok transnasional, agar kemudian
mampu membentengi dan menjaga diri, serta membentuk masyarakat Indonesia yang
lebih berkarakter.
Dalam sesi keynote
speacker, KH. As’ad Syaifudin Ali memaparkan berbagai golongan kelompok mulai
dari yang berbasis Aqidah, Jihad serta politik beserta cara mengatasi jikalau
menemukan golongan yang membahayakan dengan kedok Islam. “semoga dalam forum
ini memunculkan sebuah saran yang jitu untuk pemerintah dan pemerintah lebih
berani dalam bertindak” lanjut KH. As’ad Syaifudin Alu dalam keynote
Speacker-nya.
Dalam sesi lain, Sayikh
Rojab Dib dari Syiria menjelaskan bahwa awal dari perpecahan umat islam adalah karena
ke-tidak mampu-an umat dalam membaca kitiab suci Al-Quran dan hadits nabi sebagai ilmu pengetahun dan wahyu, sehingga
perpecahan menjadi dan peran lembaga pemerastuan lembaga yang mendamaikan
kelompok yang berseteru memiliki peran yang sangat penting di tengah-tengah permasalahan
ini.
Syaikh Maimoen Zubair juga sangat
mewanti-wanti persatuan dengan menceritakan sejarah keberhasilan ulam terdahulu
dalam menyatukan umat pada satu wadah
yakni Nahdlatul Ulama, dalam menyelesaikan masalah perpecahan ini rasa
patriotisme tanah air sangat dibutuhkan agar perpecahan tidak terus bertambah
besar “ Satu-satunya tempat kembali yaitu NKRI ” terang Mbah Mun, sapaan Syaikh
Maimoen Zubair.
Setelah berisitirahat
selama satu jam, dilanjutkan sesi selanjutnya yakni focus group discussion,
yang dinarasumberi oleh Gus Yahya Staquf dan Gus Ghofur, sapaan akrab Dr. Abdul
Ghofur, ketua STAI Al-Anwar tersebut. beliau menjelaskan berbagai kelompok yang
muncul melalui sudut pandang teologi dan fiqh, dalam diskusi ini juga memunculkan
banyak sekali ide-ide dan pandangan sebagaima saran dari Syaikh Rojab Syriria
yang mengharapkan adanya lembaga pendamai dalam kelompok yang sering bertikai
pun terjawab “ NU merupakan organisasi besar yang memiliki wadah dari anak-anak
hingga tua sekalipun dan juga memiliki cabang organisasi yang banyak “ ujar Gus
yahya. Selain itu sikap perubahan dan tindakan positif dari tiap warga NU juga
perlu dibudayakan agar islam tidak mudah pecah dan NU bisa menjadi pemersatu “
kebesaran islam nusantara dan sikap khidmah dari setiap warganya, itulah yang
menjadi islam ini makin kuat” lanjut gus Yahya, kemudian panasnya berita
tentang isi juga tidak luput dari pembicaraan, ”mengenai ISIS, bahwa
pembersihan ISIS harus juga pada ideologinya agar kemudian tidak muncul
ISIS-ISIS baru dengan nama yang lain”
papar seorang hadirin dalam sesi Tanya jawab.
Setalah berdiskusi selama
dua jam, acara ini pun selesai pada
pukul 16.00 WIB dan dalam penutup, Ustadz
Muadz Thohir, yang menjadi salah satu pengasuh pondok pesantren Matholiul Falah
Pati memerintahkan agar selesai diskusi ini, tidak ada kepuasan bagi para hadirin
sehingga pengetahuan dapat terus ingin dicari.
0 Kritik Saran:
Post a Comment